Sunday, November 19, 2017

Two Months Later

19 September 2017

Tepat dua bulan yang lalu, aku meninggalkan Inggris dan kembali ke Indonesia. For good, karena aku telah sukses menyelesaikan studiku di University of Birmingham. Aku berhasil menyelesaikan disertasi tepat pada waktunya dan lulus di semua mata kuliah yang aku ikuti. Alhamdulillah. Tiba saatnya aku kembali ke tanah air dan mengabdi, kembali ke rutinitasku sebelum melanjutkan pendidikan. Jujur, itu adalah saat terberat dalam hidupku. Di satu sisi, aku senang akan bertemu dengan keluarga dan teman-temanku di Indonesia. Tapi di sisi lain, aku sedih harus meninggalkan kehidupanku di Inggris yang penuh dengan kenyamanan.

Ya, hidupku selama satu tahun di Inggris terasa begitu mudah. Memang kelas-kelasku terasa berat, apalagi kalau harus bergadang demi deadlines. Tapi dengan supporting system yang ada, semua bisa terlalui dengan baik. Yang membuat aku akan merindukan kehidupan di Inggris sesungguhnya adalah hal-hal kecil. Seperti tidur siang... atau menikmati secangkir teh di taman... atau pergi ke tempat baru sendirian dan mengenal lebih dekat kehidupan di sana. Hal-hal kecil yang sulit aku temui begitu kembali ke Indonesia.

Ketika mendarat di Jakarta, belum-belum aku mengalami culture shock. Di negara sendiri padahal. Mulai dari kebiasaan orang Indonesia yang sulit antri, sampai kaget melihat begitu banyak orang lalu-lalang di bandara. Dan ternyata tidak mudah untuk kembali menyesuaikan diri dengan kehidupan di Indonesia, setelah setahun pergi. Lebih sulit daripada menyesuaikan diri dengan kehidupan di Inggris setahun sebelumnya. Padahal di sini, aku tidak mengalami kendala bahasa. Hari-hari pertamaku di Indonesia tidak mudah. Serangan jetlag pasti aku alami, meskipun tidak terlalu parah karena waktu tidur malam di Indonesia sama dengan waktu tidur siang di Inggris. Baru beberapa hari sampai di Indonesia, aku jatuh sakit. Butuh waktu lama sampai aku benar-benar siap untuk kembali ke rutinitasku. Kembali ke kantor.

Meskipun sulit, aku berhasil. Dua bulan kemudian, aku masih bernafas dengan baik. Aku juga masih bisa tersenyum. Kehidupan di sini mungkin tidak semudah kehidupan di Inggris dulu (yang setiap bangun tidur hanya memikirkan "mau ngeteh di mana" dan "mau beli tiket ke mana"). Aku merindukan banyak hal dari kehidupanku di Inggris. Seperti tidur siang. But in the end, I survive. Supporting system in Indonesia is probably not as good as the one in UK, but I'm surrounded by people who always give their fully support.

After all, kehidupan di Indonesia bukan sesuatu yang buruk. Dengan adanya keluarga dan teman-teman baikku, didukung oleh makanan lezat dan kemudahan hidup seperti Go***, nikmat mana yang aku dustakan? Mungkin di sini, sulit bagiku untuk tidur siang dengan nyaman. Atau gegoleran di rerumputan sambil ngemil almond. Tapi aku punya keluarga dan teman-teman yang menyayangiku. Tentu saja aku masih merindukan Inggris. Ada bagian dari kehidupanku di sana yang berusaha untuk tetap aku jaga. Seperti budaya masyarakat Inggris yang sangat sopan. But in the end life must go on

At last, I would like to quote what Imagine Dragons once said:

It's gotta get easier... easier...  Somehow... 
But Not Today... 

No comments:

Post a Comment