Friday, June 10, 2016

Kisah Berburu Beasiswa Bagian 1: Seleksi Administrasi LPDP

You Reap What You Sow

Perjuanganku untuk mendapatkan beasiswa dimulai pada tahun 2015. Tepatnya setelah lebaran. Aku ingin melanjutkan kuliah pada tingkat master ke Inggris. Setelah bertemu dan mendapatkan penjelasan dari perwakilan University of Birmingham yang hadir pada UK Education Expo, akhirnya aku memilih untuk mendaftar di universitas ini. Pendaftaran sendiri baru aku mulai pada bulan Oktober 2015, karena aku menunggu SK pengangkatan terlebih dahulu di kantor (Ini balada seorang PNS, lain waktu aku akan menceritakan soal ini).

Pendaftaran ke UoB dimulai dengan membuat akun pada portal akademiknya. Prosedurnya standar lah: mengisi data diri, menulis short essay, dan memasukkan surat rekomendasi (aku mendapat surat rekomendasi dari atasan dan dosenku). Jurusan yang aku pilih adalah International Relations (Security), sesuai dengan minat, latar belakang pendidikan dan pekerjaan saat ini. Oh iya, sebelumnya aku sudah mengikuti tes IELTS pada bulan Agustus 2015. Hasilnya pas-pasan lah. Tanpa ikut les dan memang aku mengakui tidak terlalu banyak persiapan. Sejujurnya tes ini karena aku impulsif.

Selain mendaftar ke UoB, aku juga mendaftar untuk beasiswa Chevenings. Singkatnya aku belum berhasil untuk lolos Chevenings ini. Tapi pada saat yang bersamaan, aku mendapat Conditional LoA dari UoB. Rasanya campur aduk. Sedikit desperate karena gagal lolos Chevenings tapi aku tidak mau LoA-ku sia-sia. Pilihannya adalah mendaftar beasiswa LPDP. Aku mendaftar untuk batch 2 tahun 2016. Alhamdulillah, aku lolos seleksi administrasi dan substansi untuk selanjutnya mengikuti Persiapan Keberangkatan (sampai sekarang aku masih menunggu jadwal PK ini).

Terlihat mudah? Sebenarnya tidak sama sekali. Seperti pepatah yang aku tulis di atas, kita mendapatkan apa yang kita perjuangkan. Hasil tidak akan mengkhianati usaha dan doa. Untuk post pertama ini, aku akan menceritakan perjuanganku lolos seleksi administrasi LPDP.

Pertama-tama, kita harus membuat akun terlebih dahulu pada situs LPDP. Pengisian formulir di sana harus dilakukan secara hati-hati, dan perlu dicek berulang kali untuk menghindari kesalahan. Setelah mengisi formulir, ada syarat-syarat pendaftaran lain yang harus dilengkapi: essay tentang kontribusiku bagi Indonesia, sukses terbesar dalam hidup dan rencana studi. Selain itu ada juga dokumen-dokumen yang harus dilengkapi: ijazah dan transkrip S1, LoA, sertifikat kemampuan berbahasa, surat pernyataan sesuai format LPDP, surat izin atasan, surat rekomendasi dan surat keterangan sehat, bebas narkoba dan bebas TBC. Selain itu juga ada SKCK yang perlu disiapkan. Perjuangan dimulai di sini. Bagiku, yang paling memerlukan perjuangan adalah surat keterangan sehat, bebas narkoba dan bebas TBC, serta SKCK.

Untuk mendapatkan ketiga surat dari rumah sakit tersebut, aku mencari-cari referensi dari teman dan beberapa blog. Pilihanku akhirnya jatuh pada Rumah Sakit Tarakan, karena pertimbangan harga yang relatif murah dan jaraknya yang dekat dari kantor. Pembuatan ketiga surat sakti itu tidak bisa dilakukan dalam sehari. Dua hari. Menurutku pelajayanan di RSUD Tarakan cukup bagus. Terima kasih pada reformasi birokrasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Setelah absen pagi di kantor, aku meminta izin atasan untuk mengurus surat-surat sakti tersebut. Alhamdulillah, semua atasanku mendukungku untuk melanjutkan kuliah. Tiba di RSUD Tarakan, aku diarahkan ke Poli Cendana di bagian belakang gedung. Sampai di sana, aku diminta mendaftar terlebih dahulu untuk selanjutnya menunggu dipanggil. Setelah dipanggil, aku diarahkan ke kasir untuk membayar. Total untuk ketiga surat tersebut 520 ribu rupiah. Cukup murah dibandingkan dengan teman-temanku yang berburu surat di RS Fatmawati maupun RS Persahabatan.

Selesai urusan bayar membayar, aku diarahkan ke bagian MCU. Prosedurnya standar: isi form, ukur tinggi dan berat badan, cek tekanan darah dan konsultasi dokter. Setelah itu aku diarahkan ke laboratorium untuk cek darah dan urine. Selesai dari MCU, aku diberikan surat pengantar untuk melakukan ronsen di bagian radiologi. Errrr menurutku ruangan radiologi ini yang membuatku memberikan penilaian "cukup bagus". Ruangannya memprihatinkan. Gelap dan letaknya agak terpencil. Tidak ada ruang tunggu yang memadai di sana. Tapi pelayanan petugasnya bagus. Mereka ramah dan informatif. Setelah melakukan ronsen, aku diminta pulang dan kembali lagi pada hari kerja berikutnya untuk mengambil hasil tes dan konsultasi dengan dokter paru.

Hari kedua... Pertama-tama aku menuju ke MCU. Di sana aku diberikan hasil ronsen dan surat rujukan ke dokter paru. Selanjutnya disuruh menunggu dokter paru-nya datang. Cukup lama. Padahal aku sudah datang pagi. Memang dokter-nya ternyata datangnya agak siang. Di dokter paru cukup sebentar saja. Lima belas menit lah. Hanya dilihat hasil ronsen, cek nafas dan ditanya soal riwayat penyakit. Alhamdulillah hasilnya normal semua.

Dari dokter paru, aku kembali ke bagian MCU sambil menyerahkan hasil pemeriksaan TBC. Sekali lagi aku diminta menunggu sambil seluruh surat dibuat. Tidak lama kok menunggunya, hanya sekitar 10 menit. Sayangnya... jeng jeng... ternyata dokter paru lupa menandatangani surat keterangan bebas TBC-ku! Aku diminta kembali ke ruang praktik dokter paru, yang ternyata sedang dipanggil Direktur RSUD. Ah yasudahlah, semoga saja perjuangan ini sebanding dengan hasilnya. Sekitar setengah jam menunggu, sampai aku bertemu dengan dokter paru untuk meminta tanda tangan. Tadaaaa selesailah seluruh surat sakti dari RSUD. Alhamdulillah. Siap untuk di-upload.

Untuk pembuatan SKCK, sebenarnya tidak melelahkan. Cepat dan jelas. Tapiiii... Aku harus pulang ke rumah untuk mengurus semuanya. Lelah hayati.

Aku mengajukan cuti dua hari untuk itu. Hari pertama aku mengurus perpanjangan KTP, sedangkan hari kedua dimanfaatkan untuk mengurus SKCK. Lebih capek mengurus KTP daripada SKCK karena jarak Kantor Kecamatan dan Dinas Dukcapil yang jauh dari rumah. SKCK-nya sendiri cepat. Datang jam 9, jam 10 sudah selesai. Lama-nya di bagian mengisi formulir saja.

Alhamdulillah seluruh dokumen selesai pada waktunya. Untuk SKCK memang tidak perlu diupload di portal LPDP, cukup dibawa saat kita verifikasi dokumen setelah pengumuman lolos administrasi. Tanggal 27 April 2016, aku mendapat email dari LPDP yang menyatakan bahwa aku lolos seleksi administrasi. Alhamdulillah lagi. Btw, sepanjang hari aku sudah berdebar menunggu hasilnya. Ternyata oh ternyata email-nya baru dikirim jam 9 malam.

Berdasarkan email selanjutnya, aku mendapat informasi bahwa seleksi substansi-ku dilakukan pada tanggal 18-20 Mei 2016 di STAN Jakarta. Perjuangan belum berakhir. Pada post selanjutnya aku akan menceritakan bagaimana aku berjuang dalam seleksi substansi itu.

No comments:

Post a Comment